Herbal alam

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Ramuan tradisional di Indonesia berawal dari kebutuhan persediaan obat yang sangat mendesak pada zaman pendudukan Jepang, kalangan medis mulai melakukan banyak penelitian dan uji klinis terhadap banyak tanaman obat, terutama tanaman obat asli Indonesia.[2] Perkembangan teknologi untuk penelitian–penelitian tanaman obat dari kalangan medis banyak yang menganjurkan untuk menggunakan pengobatan dengan ramuan tradisional.[2] Tak jarang, para dokter mengombinasikan pengobatan modern dengan pengobatan yang menggunakan ramuan tradisonal.[2]

Kelebihan ramuan tradisional[sunting | sunting sumber]

Banyak keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan ramuan tradisional, yaitu:[2]
  1. Pada umumnya, harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat–obatan buatan pabrik, karena bahan baku obat–obatan buatan pabrik sangat mahal dan harganya sangat tergantung pada banyak komponen.[2]
  2. Bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga.[2]
  3. Pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar.[2] Hal tersebut sangat berbeda dengan obat-obatan medis yang telah dipatenkan, yang membutuhkan peralatan canggih dalam prose pembuatannya dan butuh waktu sekitar 25 tahun agar diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).[2]
Penggunaan ramuan tradisional memiliki efek samping negatif yang sangat kecil jika dibandingkan dengan obat–obatan medis modern.[2] Hal ini dikarenakan, bahan baku ramuan tradisional sangat alami atau tidak bersifat sintetik.[2] Meskipun demikian, obat herbal yang baru tetap harus melewati uji klinis yang sama dengan obat-obatan sintetik. Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanan yang baik, maka efek samping negatif ramuan tradisional ini tidak perlu dikhawatirkan.[2]
  1. Bebas toksin — Herbal alami biasanya bebas toksin dan malah meluruhkan racun yang terdapat di dalam tubuh. Namun tentu saja dengan catatan produk herbal alami tersebut diolah dan dipersiapkan dengan baik dan sesuai standar.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Handayani, Lestari,dr,M.Med(PH)., Maryani,Herti.DRA (2005). Mengatasi Penyakit pada Anak dengan Ramuan Tradisional. Jakarta. Agromedia. Hal 1-2. ISBN 979-3357-84-3,9789793357843.
  2. ^ a b c d e f g h i j k Salan,Rudy. (2009). Penelitian faktor-faktor psiko-sosio-kultural dalam pengobatan tradisional pada tiga daerah, Palembang, Semarang, Bali. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi, Departemen Kesehatan RI. Hal 40.

Lihat Pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar