JAKARTA, KOMPAS.com - Empat daerah disiapkan untuk
menjadi daerah tujuan wisata kesehatan yaitu Jakarta, Bali, Manado dan
Makassar yang menggabungkan antara layanan kesehatan medis dan non medis
serta perjalanan wisata.
"Empat daerah itu adalah daerah yang
sudah bisa kita jual. Di samping itu dari segi budaya ada banyak yang
bisa kita tawarkan, begitu juga wisata, baik di bawah laut maupun di
atas laut," kata Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi ketika membuka
Konferensi Internasional Health Tourism di Jakarta, Kamis (29/11/2012).
Menkes
menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu tentang Wisata Kesehatan yang
diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pembangunan pariwisata dan
kesehatan termasuk wisata kesehatan.
Kegiatan wisata kesehatan
merupakan salah satu penggerak perekonomian yang penting di kawasan Asia
Pasifik dengan besar uang dibelanjakan secara global diperkirakan
mencapai 100 miliar dollar AS pada tahun 2012.
Nilai itu
mengalami peningkatan sebesar 20-30 persen dari 78,5 miliar dollar AS
yang diperkirakan dibelanjakan untuk wisata kesehatan pada tahun 2010.
Menkes
mengatakan kebijakan wisata kesehatan di Indonesia akan dikembangkan
pada dua aspek yaitu "medical tourism" atau perjalanan wisata untuk
mendapatkan layanan kesehatan medis dan "wellness tourism" untuk
mendapatkan layanan kesehatan non medis yang seringkali berupa layanan
bersifat promotif atau preventif.
"Kita punya SDM yang hebat,
kita punya budaya yang hebat. Kita mengembangkan layanan kesehatan
bertaraf internasional yang tidak hanya untuk mengobati penyakit tapi
juga harus memperbaiki manajemennya, layanannya dan lain-lain," papar
Nafsiah.
Salah satu estimasi di tahun 2006 memperkirakan sekitar
350 ribu orang Indonesia melakukan pengobatan di luar negeri dengan
pengeluaran mencapai 500 juta dollar AS.
Jumlah itu diperkirakan
bertambah dimana pada tahun 2012 jumlah orang Indonesia yang mencari
pengobatan di luar negeri mencapai 600 ribu orang dan pengeluarannya
meningkat hingga 1,4 miliar dollar AS.
Sebagai perbandingan,
negara Thailand yang relatif berhasil mengembangkan wisata kesehatannya
memperoleh devisa hingga 3,2 miliar dollar AS pada tahun 2011.
Survei
global yang dilakukan McKinsey pada 2008 menunjukkan alasan utama
konsumen mencari pengobatan di luar negeri adalah teknologi yang
mutakhir (40 persen), perawatan yang lebih baik (32 persen), mencari
pelayanan medis yang lebih cepat (15 persen) dan perawatan yang lebih
murah (9 persen).
"Kita sedang memetakan sekarang, ada lima rumah
sakit yang telah memiliki akreditasi internasional dan delapan lainnya
akan dikembangkan kearah sana hingga 2014. Tidak menutup kemungkinan ke
depannya banyak rumah sakit lain yang akan mengembangkan yang sama,"
kata Nafsiah.
Sementara itu, Menparekraf Mari Elka Pangestu
mengatakan wisata kesehatan untuk kebugaran, sebanyak 30 spa telah
disiapkan sebagai tahap pertama yang akan dipromosikan. "Sebanyak 30 spa
ini sudah diidentifikasi, akan jadi tahap pertama yang akan
dipromosikan untuk layanan paket, dikombinasikan dengan perawatan
kesehatan," ujar Mari.